Bertahun-tahun aku selalu menatapmu,
Yang pasti dari jarak jauh yang membentang lalu kamu hanya memberiku punggung untuk bisa ku lihat
Padahal aku ingin menatapmu lebih dalam,
Lebih lama tanpa jeda
Tanpa jarak.
Agar saat aku rindu kamu merasakan gemetar dan aromanya yang indah
Ah aku lupa, siapa aku yang sampai sebegitunya meminta banyak hal
Maaf aku terlalu mencintaimu tapi aku seorang pecundang
Tapi kau juga yang terlalu rumit!
Hingga aku semakin sulit membaca segalanya tentangmu
Dan sekarang aku berhenti membuat puisi manis seperti dulu
Karena puisi ku saat ini sudah tak ingin dan mempersulit ku
Apakah ini tanda?
Bahwa hatimu sudah ada yang memiliki? Hingga aku sulit membacamu lagi
Kenapa Tidak seperti dulu lagi, sayang.
Hatiku bertanya dan mengkhawatirkan.